Profil Pondok Pesantren Darus Sunnah

A.Sejarah

Darus sunnah merupakan pesantren yang fokus mempelajari ilmu hadis yang didirikan oleh Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yaqub, MA., seorang ahli hadis Indonesia yang pernah dipercaya oleh pemerintah Indonesia sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal mulai September 1999 hingga April 2016.

Darus-Sunnah ini bermula dari pengajian yang hanya diikuti oleh tiga orang mahasiswa di ruang tamu rumah KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. Ketiga orang itu ialah Ali Nurdin (sekarang Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan Institut PTIQ Jakarta), Saifuddin (kini menjadi Penghulu di Brebes Jawa Tengah) dan Khairul Mannan (kini mengajar di Brunei Darussalam). Kegiatan ini berlangsung sejak tahun 1996.

Melihat semangat belajar mereka yang tinggi itu, KH. Ali Mustafa Yaqub pun merasa terharu dan kemudian berinisiatif untuk mendirikan pesantren yang selain berfungsi sebagai tempat belajar-mengajar, peserta pengajian juga biasa tinggal di pesantren tersebut (nyantri). Alasannya, jika turun hujan atau ada hal-hal lain yang menghalangi aktifitas pengajian, para santri tetap dapat menghadiri pengajian, selain itu beliau juga tidak ingin menyia-nyiakan hasrat mahasiswa yang terus-menerus datang mengaji.

Gayung bersambut, secara kebetulan di belakang rumah beliau terdapat sepetak tanah. Sebagai langkah awal, lokasi tersebut bisa dijadikan bangunan asrama santri. Sempit memang, sehingga bangunan ini terkesan seperti kost-an. Meski demikian, orang-orang yang berminat menjadi santri beliau kian membludak. Suatu ketika, di tengah usaha beliau membangun asrama itu, seorang kiai dari Kaliwungu Jawa Tengah, KH. Dimyati Rais, berkunjung ke rumah beliau. Kiai Dimyati mengatakan kepada beliau bahwa tanah yang ada di sebelah rumah beliau ini, kelak akan menjadi pesantren sekaligus asrama putra.

Sementara asrama yang sedang dibangun di belakang rumah adalah khusus untuk santri putri. Tentu saja ucapan Kiai Dimyati yang merupakan doa tersebut, diamini oleh beliau meskipun sebenarnya tanah yang ada di sebelah rumah beliau bukan miliknya, sikap optimis KH. Ali Mustafa Yaqub ini membuat menteri Agama waktu itu, Bapak Tarmizi Taher, tertarik membantu mewujudkan keinginan beliau.

Melihat kepandaian ketiga mahasiswa tersebut, khususnya dalam bidang Hadis, sekelompok mahasiswa mulai berdatangan mengikuti pengajian tersebut, dan menyatakan minatanya untuk mengaji bersama. Keinginan mereka itupun akhirnya mendapat sambutan hangat, dan pada saat itu juga mereka secara resmi mengikuti pengajian.

Semakin lama, peserta pengajian semakin bertambah banyak. Di satu sisi hal ini menunjukan sebuah kemajuan, namun di sisi lain sebaliknya. Sebab, ruang tamu yang selama ini dijadikan sebagai “kelas” tak mampu lagi menampung mereka. Dan jika tidak segera ditangani, proses pengajian tersebut akan tersendat. Namun ini masih bisa diatasi, karena masih ada ruang keluarga yang kapasitasnya lebih besar disbanding ruang tamu.

Keputusan mengalihkan lokasi ke masjid ini dirasa cukup tepat sebab tak lama kemudian peserta pengajian bertambah lagi menjadi 40 orang. Dan lebih mengesankan lagi, jumlah tersebut bukanlah sekedar kuantitas belaka. Komitmen dan semangat belajar para peserta pengajian pun cukup besar. Hal ini dbuktikan dengan ketika Jakarta dilanda hujan lebat yang nyaris menyebabkan banjir tahun 1997 lalu, semua peserta pengajian tetap hadir meski rumah mereka jauh dengan tempat pengajian itu.

Adapun sistem perkuliahan di Perguruan Tinggi yang dipakai adalah sistem diskusi, yaitu santri medapat tugas dari guru untuk mendiskusikan berbagai permasalahan bersama temannya.

Sampai saat ini , para Santri Darus sunnah pun kian bertambah. System perkuliahan atau pembelajaran disini pun kian meningkat. Semua dilakukan dengan tujuan agar dapat mencetak para santri yang paham betul dengan Ilmu-ilmu Agama khususnya yaitu Ilmu Hadits.

B.Sistem Pendidikan

Karena keahlian Kiai Ali dalam bidang hadis, pesantren ini pun fokus pembelajarannya terhadap ilmu hadis dan hadis. Awalnya pesantren ini didirikan khusus untuk mahasiswa. Namun tiga tahun terakhir, pesantren ini mulai membuka Madrasah 6 Tahun yang setara dengan SMP dan SMA. Walaupun madrasah, fokus kajiannya masih tentang hadis dan ilmu hadis.

Sistem Pembelajaran di Darus-Sunnah adalah usaha kombinasi antara sistem pendidikan pesantren dan perguruan tinggi, juga antara praksis peng­amalan dan budaya kajian p­emikiran.

Masa pendidikan terhitung 4 tahun/8 semester setingkat sarjana dan mendapat predikat lulusan License (Lc.). Waktu pembelajaran terbagi 2, yaitu pengajian pagi pukul 05.00 (ba’da Subuh) – 06.30 dan pengajian malam pukul 20.00 (ba’da Isya’) – 21.30.

Ekstrakurikuler dan Pengembangan Mahasantri

Darus-Sunnah International Institute selain mengadakan pembelajaran setiap harinya, juga memiliki organisasi sebagai wadah pengembangan minat dan bakat mahasantri, yakni sebagai berikut:

  1. IMDAR (Ikatan Mahasantri Darus-Sunnah) Putra dan Putri
  2. Lembaga Tahfizh Al Quran “Al Itqon”
  3. Lembaga Pers Mahasantri (LPM) NABAWI
  4. Lembaga Kajian dan Riset RASIONALIKA
  5. Sistem Informasi Darus Sunnah “SIDS”
  6. Pengembangan Bahasa Arab dan Inggris, masing-masing selama dua minggu setiap bulan.

Sampai saat ini, madrasah darus sunnah hanya menerima santri laki-laki karena fasilitas yang terbatas. Selanjutnya jika fasilitas dan lokal gedung mencukupi, pesantren akan segera menerima pendaftaran bagi santri madrasah perempuan.

C.Pengasuh

KH.Ali Mustafa Yaqub

D.Alamat dan Kontak

Pesantren ini terletak di Jl, SD Inpres No 11, Pisangan Barat, Ciputat, Cireundeu Ciputat Timur, Kota Tangerang, Banten yakni tepat berada di belakang kampus kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Website : http://darussunnah.id

 

Facebook Comments Box
Exit mobile version