Jakarta, Wikisantri.id – Sebagaimana Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang disebut lahir dari rahim ulama dan santri, deretan pahlawan nasional pun banyak lahir dari kalangan santri dengan latar belakang pondok pesantren.
Seperti dilaporkan Detik.com melansir laman resmi Pemprov Jawa Timur, pesantren memiliki sejarah panjang dalam kehidupan masyarakat dan perjuangan Indonesia.
Bahkan beberapa di antaranya termasuk para pahlawan yang berasal dari pendidikan pesantren. Berikut ini daftarnya.
Daftar Pahlawan Nasional dengan Latar Belakang Santri:
1. KH Hasyim Asyari
Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) ini ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 17 November 1964. Sebagai tokoh ulama besar di Indonesia, KH Hasyim Asyari pernah nyantri di Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, dan Pesantren Trenggilis di Semarang.
Baca juga: Profil Pesantren Langitan Tuban
Selain itu, sosok pencetus Resolusi Jihad ini juga sempat menimba ilmu di Pesantren Kademangan di Bangkalan dan Pesantren Siwalan di Sidoarjo yang diasuh Kyai Ya’qub.
2. KH Ahmad Dahlan
Pendiri Muhammadiyah ini mendapatkan gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1961 berdasarkan SK Presiden No.657 pada tahun 1961.
Melansir laman resmi Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan telah mengenyam pendidikan dan mengenal lingkungan pesantren sejak kecil dalam menimba ilmu agama dan bahasa Arab.
Baca juga: Profil Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Gombara Makassar
Pahlawan nasional dengan nama lahir Muhammad Darwis juga pernah belajar agama dan bahasa Arab di Makkah selama lima tahun pada tahun 1883 ketika berusia 15 tahun.
3. Pangeran Diponegoro
Semasa kecil, Diponegoro diasuh nenek buyutnya, GKR Ageng Tegalreja yang merupakan putri dari salah satu ulama terkenal yakni Ki Ageng Derpoyudo.
Berdasarkan riset mahasiswa S2 Undip, Arista, pada Babad Diponegoro, diketahui sejak kecil Diponegoro sudah akrab dengan dunia santri hingga dekat dengan ulama masa itu.
Sejarawan Peter Carey dalam bukunya Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro 1785-1855 menyebutkan, Pangeran Diponegoro pernah belajar di Pondok Pesantren Gebang Tinanar, Ponorogo asuhan Kiai Hasan Besari.
Baca juga: Profil Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor
Adapun Pangeran Diponegoro sebagai Pahlawan Nasional tercantum dalam Keppres No.87/TK/1973.
4. KH Wahid Hasyim
Putra dari KH Hasyim Asy’ari ini ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 24 Agustus 1964. KH Wahid Hasyim adalah ayah dari Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang memimpin Indonesia pada 20 Oktober 1999-23 Juli 2001.
KH Wahid Hasyim menuntut ilmu di pondok pesantren Siwalan, Panji dan Lirboyo, Kediri. Setelah ilmunya matang, KH Wahid Hasyim ikut mengelola pesantren Tebuireng dan menjadi pelopor Madrasah Nidzmiyah.
Baca: Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang
Prinsip pendidikan ini adalah pembagian pembelajaran dengan 70 persen ilmu umum dan 30 persen agama.
5. KH Zainal Arifin
KH Zainal Arifin ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 4 Maret 1963. Dia adalah pemimpin Hizbullah, serta sempat menjadi Wakil Perdana Menteri Indonesia periode 30 Juli 1953-12 Agustus 1955.
Pahlawan Nasional yang lahir dengan nama Lora Zainal ini mengenyam dedikitnya di dua pesantren. Keduanya adalah pondok pesantren Karay Sumenep dan Syaikhana KH. Muhammad Kholil Bangkalan.
Baca juga: Sejarah dan Profil Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Pati
6. KH Zainal Mustafa
KH Zainal Mustafa ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 6 November 1972. Dia adalah Wakil Rais Syuriyah NU dan penggagas pemberontakan pada penjajah di Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Oleh karena itu, KH Zainal Mustafa dikenal sebagai simbol perjuangan dan keberanian masyarakat Jawa Barat.
Semasa hidup, KH Zainal Mustafa menimba ilmu sedikitnya di empat pesantren yakni Pondok pesantren Gunung Pari, Cilenga Leuwisari, Sukaraja Garut, Sukamiskin Bandung dan Jamanis Rajapolah.
Baca juga: Profil Pondok Pesantren Al-Asy’ariyyah Wonosobo
7. KH Noer Ali
Mengutip laman indonesia.go.id, gelar Pahlawan Nasional pada KH Noer Ali ditetapkan pada 10 November 2006. Nama KH Noer Ali sangat dikenal masyarakat Bekasi sebagai simbol perjuangan dan keberanian.
Semasa hidup, KH Noer Ali sempat menimba ilmu pada Guru Maksum di Kampung Bulak, Guru Mughni, dan pesantren pada Guru KH Marzuki.