More

    Pondok Pesantren Muallimin, Pondok Penyuplai Pahlawan Nasional

    Mu’allimin ini merupakan salah satu penyuplai pejuang yang dirasakan manfaatnya bagi perkembangan umat dan bangsa selama setarus tahun lebih, demikianlah testimoni Anies Baswedan kepada Pondok Pesantren Muallimin. Menurutnya Anies, Muallimin adalah sedikit dari perguruan yang direkturnya, tiga pimpinannya, menjadi pahlawan nasional: KH Ahmad Dahlan, KH Mas Masyur, dan KH Abdul Kahar Muzakir.

    Ya Mu’allimin menjadi saksi perjalanan sebuah lembaga yang melintasi waktu, menjadi tempat persemaian bibit-bibit terbaik, dan pengelolaannya tumbuh berkembang terus menerus. Tidak hanya anak didiknya yang menebar manfaat di aman-mana, tetapi juga pendidiknya yang menjadi teladan hingga diakui menjadi pahlawan nasional.

    Sejarah Pondok Pesantren Muallimin

    Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tahun 1920. semula bernama Qismul Arqa atau sering disebut Hogere School yang berarti Sekolah Menengah Tinggi. Pada tahun 1921 nama tersebut diganti dengan Kweek School Islam. Berubah lagi menjadi Kweschool Islam.

    Pada 1928, kongres / muktamar Muhammadiyah di Medan mengamanatkan PP. Muhammadiyah untuk mengelola secara resmi madrasah tersebut. Tujuannya sebagai tempat pendidikan calon pemimpin, guru agama, dan mubaligh Muhammadiyah.

    Pada kongres Muhammadiyah 1930 di Yogyakarta, nama sekolah ditetapkan menjadi Madrasah Mu’allimin dan Mu’allimat. Pada saat itu cabang-cabang Muhammadiyah telah menyebar ke seluruh Indonesia. Sekolah tersebut banyak menerima para pelajar dari luar Yogyakarta dan luar Jawa. Hal itu membuktikan, munculnya kesadaran dari pimpinan cabang Muhammadiyah untuk mengirimkan kadernya guna menempa ilmu di pesantren tersebut.

    Pada Kongres Muhammadiyah Ke-23 tahun 1934 di Yogyakarta, ditegaskan bahwa Madrasah Mu’allimin-Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta merupakan Sekolah Kader Persyarikatan Muhammadiyah yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

    Pada Kongres Muhammadiyah di Medan tahun 1938 dua Madrasah ini memperoleh pengukuhan secara formal. Pada saat itu, Kongres mengamanatkan kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah sebagai pengelola dan penanggungjawab keberadaan dua madrasah ini di Yogyakarta. Akhirnya muncullah gagasan untuk menyesuaikan pendidikan Mu’allimin den perkembangan zaman. Sekaligus meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran.

    Tahun 1980, di bawah kepemimpinan Ustadz HMS Ibnu Juraimi, dibuatlah perubahan mendasar terhadap sistem pendidikan Mu’allimin. Sejak tahun itu Mu’allimin mulai menganut sistem Long Life Education. Dengan sistem ini, madrasah hanyalah sebagai sub sistem dari pondok pesantren. Langkah perubahan ini tentu saja bukan tanpa alasan. Sebab tujuan pendidikan Mu’allimin yang sesuai dengan idealisme hanya bisa dicapai dengan memadukan sistem madrasah dengan asrama.

    Para pengasuh Mu’allimin akhirnya sepakat memadukan kebutuhan perserikatan. Caranya dengan mencetak kader-kader dan kebutuhan umat pada saat itu. Antara lain memperoleh ijazah formal yang diakui oleh negara. Dengan begitu anak didik dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi umum maupun agama.

    Kemudian dibuat beberapa langkah pengembangan. Pertama, memasukan kurikulum Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah ke dalam kurikulum Mu’allimin. Dengan cara tersebut, siswa Mu’allimin dapat mengikuti ujian madrasah Tsanawiyah dan Aliyah Negeri. Kedua, para siswa diwajibkan tinggal di komplek asrama. Ketiga, pengajaran bahasa Arab dan bahasa Inggris lebih diintensifkan lagi. Tujuannya mencetak siswa Mu’allimin yang handal dalam berbahasa asing, baik secara aktif maupun pasif.

    Pada 1987, Drs H Sri Satato selaku pimpinan lembaga melakukan resistematisasi kurikulum. Tujuannya agar proses pendidikan dan pengajaran dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna. Pengembangan Mu’allimin dilanjutkan lagi dengan kebijakan untuk merekayasa suatu paket terpadu. Di situ menyangkut materi bidang studi Islam dan ke-muhammadiyah-an. Melalui teknik silang kurikulum (crossing curiculum). Artinya memadukan materi Mu’allimin yang merujuk kepada referensi kitab.

    Pada tahun 1994, dua madrasah ini kembali memperoleh penegasan ulang melalui surat keputusan PP Muhammadiyah No. 63/SK-PP/VI-C/4.a/1994 tentang Qoidah Madrasah Mu’allimin-Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta.

    Selanjutnya dengan adanya UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 dan Permenag No. 2 Tahun 2008 maka Mu’allimin mengacu pada 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan Permenang Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi lulusan dan standar isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, sehingga menjadi begitu banyak jumlah muatan yang harus dipelajari siswa Mu’allimin terlebih dengan muatan kepemimpinan dan kekaderan sebagai sekolah kader persyarikatan, Mu’allimin mengelola melalui berbagai cakupan aktifitas peserta didik yang terintegrasi, yaitu intrakurikuler, kokurikuler, ektrakurikuler dan aktifitas pembiasaan di asrama dalam kesatuan manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk efektifitas dan efisien. Pada sisi lain agar tujuan masing-masing pemangku kepentingan dalam hal ini Pemerintah (Kemendikbud dan Kemenag) dan Persyarikatan bisa tercapai sehingga dengan “Long Life Education” siswa belajar secara formal dan informal dalam satu pengawasan.

    Setelah mengalami pasang surut dalam proses perjalanan sejarahnya. Madrasah Mu’allimin Yogyakarta pernah dipimpin oleh KH Siraj Dahlan, KH. R Hadjid, KH. Aslam, Jazari, H Muh.Mawardi. dan H Amin Syahri,  Drs. H. Zamzuri Umar. Saat ini dipimpin oleh H. Aly Aulia, Lc., M.Hum., sebagai direktur dibantu oleh Solikhin, S.Pd., M.Pd., sebagai Wakil Direktur I, Agus Mianta, S.Si., M.Pd., sebagai Wakil Direktur II, Zulkifli, S.Pd.I., M.Pd.I., sebagai Wakil Direktur III dan Andi Mujahid, S.E.I. sebagai Wakil Direktur IV.

    Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Muallimin

    Sesuai dengan amanat pendirinya, Mu’allimin mengemban misi sebagai sekolah calon kader perserikatan tingkat menengah. Tugas-tugasnya antara lain, pertama, mencapai tujuan pendidikan Muhammadiyah. Kedua, membentuk calon kader perserikatan Muhammadiyah. Ketiga, menyiapkan calon pendidik, ulama dan zuama yang berkemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan.

    Waktu pendidikan di Mu’allimin ditempuh selama enam tahun dengan sistem berjenjang. Jenjang pertama, setiap siswa harus menempuh pendidikan tiga tahun. Seperti yang berlaku pada pendidikan tingkat Tsanawiyah/SLTP, pada jenjang ini, para santri diperkenalkan pengetahuan-pengetahuan Islam yang berbahasa Arab.

    Selain itu ditanamkan jiwa pemahaman keagamaan Muhammadiyah. Upaya ini dilakukan agar santri senantiasa mengembalikan kepada referensi asli yang berbahasa Arab dan dapat menepis berbagai kemungkinan terperosok pada masalah bid’ah dan khufarat.

    Pada jenjang kedua, setingkat Aliyah (SLTA), juga ditempuh tiga tahun. Di sini santri diperkenalkan lebih dalam lagi dengan pengetahuan-pengetahuan Islam. Kemudian ditambah dengan penguasaan ilmu-ilmu ushul, seperti Ushul Fiqih, Ushul Hadis, Ilmu Tafsir dan lainnya.

    Selain mengembangkan kurikulum, Mu’allimin juga mengembangkan sistem pesantren berasrama. Anak didik diwajibkan tinggal di dalam asrama selama mengikuti program pendidikan. Model tersebut dapat menciptakan program pendidikan sepanjang hari. Sehingga suasana pendidikan dapat diarahkan untuk mengembangkan pendidikan amAliyah.

    Praktik kehidupan Islam, baik secara pribadi atau kelompok direalisasikan di Mu’allimin, misalnya keharusan salat lima waktu secara berjamaah di masjid, dan tadarus Al-Quran. Selain itu tawashau bil haq lewat kultum rutin dalam tiga bahasa (Indonesia, Arab dan Inggris). Serta kegiatan tambahan, seperti; olahraga. seni, kelompok ilmiah remaja, qiraatul qutub, dan sebagainya.

    Kurikulum Pondok Pesantren Muallimin

    Kurikulum Madrasah Mu’allimin sekarang adalah crossing antara kurikulum Mu’allimin tempo dulu yang didukung program pendidikan Bahasa Arab dan Inggris. Melalui pengajaran yang intensif diharapkan menjadi kunci pengembangan tradisi keilmuan.

    Khusus untuk bidang studi Islam, seluruhnya mengacu kepada Al-Quran dan As-Sunnah dengan menggunakan buku paket berbahasa Arab. Pada tingkat Tsanawiyah, teks masih diberi harokat. Sedangkan untuk tingkat Aliyah. teks diberi tanpa harokat/ghoiru masyakkal.

    Kitab-kitab yang dipelajari dan dipergunakan, antara lain Tafsir Qurtubi, Tafsir dan Musnad  Ahmad (Tahqiq Ahmad, Syakir). Selain itu, Mushonnaf Abdur Rozaq, Majma’ul al Zawa’id karya al Haitsami, al Mu’jam al Kabir karya Ibnu Katsir dan lain-lain.

    Pontren Mu’allimin memiliki paket khusus pendidikan ke-Muhammadiyah-an. Bobotnya memang lebih berat jika dibandingkan dengan sekolah lain yang setingkat. Paket itu lebih dikembangkan pada aspek operasionalnya. Siswa diharapkan sejak dini sudah harus mampu memperagakan Muhammadiyah. Tak kalah pentingnya adalah cakap melaksanakan tugastugas perserikatan di masa depan.

    Para santri di Pesantren Muallimin memperoleh pengetahuan Islam yang layak. seperti di sebuah pondok pesantren. Pengetahuan Islam dan ke-muhammadiyah-an diberikan kepada santri 100 persen. Pengetahuan umum juga diberikan 100 persen dari keseluruhan mata pelajaran yang disajikan.

    Adapun jadwal kegiatan belajar mengajarnya. sebagai berikut; Jam pertama dimulai 30 menit sebelum salat subuh sampai 40 menit kemudian. Jam kedua, dimulai pukul 07.00 tepat. Kemudian dilanjutkan jam ketiga, keempat, kelima dengan mengikuti pelajaran di kelas. Jadwalnya hingga pukul 09.40. Dilanjutkan istirahat 15 menit.

    Pada jam keenam, ketujuh dan kedelapan, siswa melanjutkan pelajaran berikutnya sampai 11.55. Lalu siswa bersiapsiap untuk melaksanakan salat dhuhur   sampai pukul 12.25. Jam kesembilan (pukul 12.30) para siswa masuk kelas kembali untuk melanjutkan pelajarannya sampai 13.10. Jam kesepuluh dan kesebelas, para siswa belajar kembali pada pukul 16.00 hingga 17.20 WIB.

    Kegiatan Ekstrakurikuler Pondok Pesantren Muallimin

    Ekstrakurikuler yang dilaksanakan di Mu’allimin, antara lain.

    1. Kelompok Krida : PMR, Tonti;
    2. Kelompok Olah Raga dan Seni : Futsal, Sepakbola, Bola Basket, Bola Voli, Sepak Takraw, Bulutangkis, Tenis Meja, Panahan, Tapak Suci, Atletik, Catur, Musik; dan
    3. Kelompok Keterampilan: Robotika, Desain Grafis.

    Komunitas yang diakomodir di Mu’allimin, antara lain.

    1. MuinTV,
    2. 68 Store,
    3. Keagamaan (Qiraatul Kutub/Fahmil dan Hifzil Qur’an/Cerdas Cermat Agama),
    4. Jurnalistik / KweeksNews,
    5. Karya Ilmiah Remaja,
    6. Olimpiade Sains Nasional (OSN) – Kompetisi Sains Madrasah (KSM),
    7. Bahasa (Debat/ Pidato / Story Telling),
    8. Cloud Computing Club, dan komunitas lainnya

    Kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan Pondok Pesantren Mu’allimin terbagi menjadi dua kegiatan pokok. Pertama kegiatan pengayaan dan kegiatan perbaikan dengan program kurikuler. Kegiatan pengayaan adalah kegiatan belajar mengajar yang dimaksudkan untuk perluasan dan pendalaman bahan kajian. Ditujukan bagi siswa yang telah mencapai tingkat penguasaan minimal lebih awal daripada ratarata siswa lainnya.

    Sedangkan kegiatan perbaikan dan pengayaan dilaksanakan dengan keadaan kebutuhan bahan-bahan kajian atau pelajaran yang diberikan meliputi: Al Quran. Al Hadits, Fighul Islami, bahasa Inggris, bahasa Arab dan sebagainya.

    Khusus mengenai pengajaran bahasa, dilakukan secara terpadu. Targetnya, siswa mampu menguasai bahasa tulis. Selain itu menguasai bahasa lisan, terutama bahasa Arab dan bahasa Inggris. Pembinaan penguasaan bahasa tersebut dilakukan secara intensif, siang maupun malam hari. Pada tahap perintisan, sasaran bimbingan muhadatsah (percakapan bahasa) adalah siswa Tsanawiyah. Sedangkan bimbingan qira’atul kutub (membaca kitab tanpa harakat) ditujukan untuk siswa tingkat Aliyah.

    Kedua, kegiatan lebih memantapkan pembentukan kepribadian, kepemimpinan dan ketrampilan. Misalnya, organisasi Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM), Pramuka, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), olahraga, kesenian, kursus komputer dan penerbitan majalah dinding dan majalah.

    Fasilitas Pondok Pesantren Muallimin

    Mu’allimin memiliki dua kampus yang di tengah Kota Yogyakarta dan sekitar Water.

    Kampus Induk

    Dibangun sejak tahun 1912 dengan berbagai pengembangan yang disesuaikan dengan kebutuhan Madrasah. Gedung ini memiliki nilai historis yang tinggi dan ditandai sebagai salah Benda Cagar Budaya (BCB) oleh Pemerintah Kota Yogyakarta.

    Kampus Terpadu

    Dicanangkan sebagai Kota Kader, yaitu manifesto dari rasa syukur Mu’allimin yang telah berusia satu abad. Pembangunan kompleks Kota Kader dilakukan dengan mengedepankan prinsip kolaborasi (ta’awun) dengan berbagai pihak strategis di dalam dan luar negeri.

    Guna menunjang kebutuhan siswa dalam pengembangan prestasi akademik dan non-akademik, Mu’allimin menyediakan aneka fasilitas dan 10 asrama yang dirancang untuk dapat menunjang kebutuhan tersebut.

    Facebook Comments Box

    Latest articles

    Terbaru

    spot_img