More

    Profil Pondok Pesantren Pabelan

    Pondok Pesantren Pabelan yang berada di kota Mungkid, Magelang merupakan sosok pesantren yang telah mengalami sejarah panjang. Keberadaan pondok seperti sekarang ini merupakan kebangkitan yang ketiga.

    Jika ditelusuri lebih jauh, fase pertama merupakan fase perintisan. Pondok ini dirintis oleh Kiai Raden Muhammad Ali pada tahun 1800-an. Pada fase ini banyak romantika sejarah yang dialami oleh pondok pesantren Pabelan. Ketika terjadi perang Diponegoro (1825-1830), kegiatan belajar/pengajian di pondok ini terhenti total dalam kurun waktu yang cukup panjang.

    Fase kedua, kembali menyelenggarakan kegiatan pengajiannya sekitar tahun 1900-an yang diasuh oleh Kiai Anwar dan dilanjutkan oleh Kiai Asror. Pada fase ini, secara fisik pondok pesantren berada pada tiga lokasi yang berbeda, dengan pengasuh dan ciri khas pengajian yang berbeda pula, sesuai dengan keahlian yang dimiliki oleh pengasuhnya. Pondok Pesantren Pabelan Timur diasuh oleh Kiai Asror yang mengajarkan ilmu alat atau bahasa Arab. Pondok Pesantren Pabelan Tengah diasuh oleh Kiai Anwar dan dilanjutkan oleh Kiai Cholil. Pengajian Ilmu Tafsir. Pondok Pesantren Pabelan Keahlian dalam bidang Ilmu Fiqih.

    Ketiga Pondok tersebut kembali terhenti setelah Kiai Asror wafat pada 1953. Namun masa vakum kedua ini, hanya sekitar 12 tahun. Cuma bedanya, dibanding dengan masa vakum pertama, vakum yang kedua ini akibat yang ditimbulkannya cukup memprihatinkan. Kevakuman tersebut menyebabkab terjadinya dis-oriented. Masyarakat Pabelan kehilangan dan panutan yang dapat dipercaya, khususnya di kalangan pemudanya. Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang lemah, tingkat pendidikan masyarakat yang rendah dan terkotak-kotaknya masyarakat dalam berbagai kelompok politik, menyebabkan terjadinya problem sosial. Seperti makin banyaknya pengangguran, terpecahnya potensi dan terbuangnya energi masyarakat. Padahal potensi dan energi itu sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk membangun lingkungannya.

    Kondisi masyarakat semacam itu, menimbulkan rasa keprihatinan yang mendalam pada diri salah seorang keturunan pendiri Pondok Pesantren Pabelan, Kiai Hamam Dja’far. Keprihatinan itu dirasakan oleh Hamam Dja’far setelah kembali melanglang buana mendalami ilmu agama di berbagai pondok di Jawa Timur, la terakhir belajar di Pondok Modern Gontor selama sembilan tahun. Hamam Dja’far setelah menetap di Pabelan berinisiatif mengambil langkah-langkah merevitalisasi pondok pesantren yang masih macet total. Caranya dengan memanfaatkan media tradisional untuk menjalin komunikasi yang akrab dan obyektif dengan berbagai pihak.

    Pada pertengahan 1965 terbentuk sebuah wadah persatuan masyarakat Pabelan yang dikenal Panitia Pemeliharaan Tradisi Islam Pabelan (PTIP) dan Persatuan Pemuda Pabelan (PPP). Dua organisasi tersebut merupakan lembaga musyawarah dan kerjasama desa. Organisasi tersebut melakukan kegiatan penyadaran akan pentingnya persatuan diantara warga masyarakat Desa Pabelan. Penyadaran itu dilakukan melalui dialog dan pendekatan pribadi. Selain itu, Kiai Hamam Dja’far juga berusaha keras memperbaiki lingkungan fisik pondok yang tandus dan kekeringan. Secara bertahap pondok ini menyelenggarakan kursus-kursus untuk pemuda dan orang dewasa. Pada fase ini pondok pesantren memasuki fase ke tiga. Pondok yang semula vakum, secara perlahan tapi pasti mulai bangkit melakukan inovasi dan adopsi, hingga bentuknya seperti sekarang ini.

    Semua itu dilakukan kiai sendirian untuk memberikan contoh konkrit kepada masyarakat. Gayungpun bersambut. Apa yang dilakukan kiai mendapat simpati dari masyarakat setelah merasakan manfaatnya. Akhirnya, para pemuka masyarakat, pamong desa dan pemuda sepakat untuk menjadikan PTIP dan PPP sebagai wadah musyawarah dan kegiatan masyarakat Desa Pabelan. Rintisan KH Hamam Dja’far tersebut menjadi tonggak persatuan dan kesatuan masyarakat Pabelan.

    Melalui kesepakatan antara kiai dengan berbagai kalangan masyarakat Pabelan, maka pada 28 Agustus 1965, dibuka kembali kegiatan pendidikan/pengajian di pondok pesantren. Nama lembaga tersebut menjadi Balai Pendidikan Pondok Pabelan dengan Kulliyatul Mu’allimin al Islamiyah (KMI) sebagai basis pendidikan formalnya, Sedangkan untuk penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan dibentuk Yayasan Wakaf Pondok Pabelan. Pembentukan yayasan ini pada 31 Agustus 1965, tepatnya tiga hari setelah Balai Pendidikan Pondok Pabelan terbentuk. Kini, Pondok Pesantren Pabelan menjadi lembaga Tafaqquh fi Diin, tempat mendalami agama, sekaligus menjadi lembaga pendidikan kemasyarakatan dan workshop bagi masyarakat Pabelan. Setelah mengasuh Pondok Pesantren Pabelan selama 28 tahun. KH. Hamam Dja’far berpulang ke haribaan-Nya pada 28 Maret 1993.

    Masyarakat dan Potensi Wilayah

    Pondok Pesantren Pabelan berada di Desa Pabelan, kecamatan Mungkid, kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Lokasi pondok ini berada di antara berbagai pusat kegiatan yang tersebar di Magelang. Seperti, pusat pendidikan militer (AKABRI), Taman Wisata Borobudur. Seminari Katholik, Wihara Budha Mendut, Pemandian Suci Sendang Seno dan lembaga-lembaga Katolik lainnya.

    Tingkat pendidikan masyarakat masih tergolong rendah. Pada akhir tahun 1999 baru 20% dari penduduk Magelang yang mengikuti pendidikan lanjutan, sedangkan lainnya baru setingkat SD. Dalam hal agama. 96.7% penduduk Magelang memeluk agama Islam. Selebihnya, pemeluk agama Protestan. Katolik, Hindu dan Budha. Sementara kehidupan ekonomi, mayoritas penduduk Magelang sebagai petani. Sedangkan potensi wilayah kabupaten Magelang yang potensial dikembangkan antara lain; sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, pertambangan mineral dan pariwisata.

    Pengelolaan Pontren

    Pengelolaan Pondok Pesantren Pabelan pada awalnya menganut manajemen tradisional” dengan figur sentral seorang kiai. Ini terjadi pada Fase pertama, kedua dan awal fase ketiga, dimana pondok dipimpin oleh KH Hamam Dja’far. Pada masa kepemimpinannya, meskipun penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan ditangani yayasan. Namun keberadaan yayasan tersebut hanyalah sebuah organisasi pelaksana dari kepemimpinan KH Hamam Dja’far. Dalam arti, kiai tetap masih merupakan figur sentral dalam pengambilan keputusan.

    Mulai 1993, sistem kepemimpinan pondok bersifat kolektif, terdiri tiga oran, yaitu KH. Drs Ahmad Musthafa, KH. Ahmad Najib Hamam dan Kiai Muhammad Balya. Mereka ini merupakan mandataris yayasan untuk mengelola lembaga pendidikan yang ada di lingkungan Pondok Pesantren Pabelan. Mereka harus mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada yayasan. Dengan demikian, yayasan wakaf merupakan badan tertinggi yang ada dalam struktur organisasi Pondok Pesantren Pabelan.

    Untuk menunjang lancarnya pelaksanaan kegiatan sehari-hari, pimpinan pondok membentuk lembaga pengasuhan, Balai Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat (BPPM), Sekretariat Pemeliharaan dan Perluasan Wakaf Pondok Pabelan (SPPWPP) dan Ikatan Keluarga Pondok Pabelan (IKPP). Sementara itu, struktur organisasi yayasan terdiri dari, seorang ketua, seorang wakil ketua, seorang sekretaris, seorang wakil sekretaris. seorang bendahara, seorang wakil bendahara dan enam orang anggota.

    Kegiatan Pendidikan

    1. Pendidikan Sekolah

    Pendidikan sekolah yang diselenggarakan di pondok ini adalah Kulliyatul Mu’allimin al Islamiyyah yang mengelola Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA) dan Kelas Takhasus. Yang terakhir merupakan program khusus untuk mempersiapkan santri yang berasal dari MTs atau SLTP di luar pondok yang ingin masuk kelas I MA. Atau untuk mereka yang ingin mempelajari pengetahuan dasar agama.

    Kurikulum yang digunakan di MI dan MA mengacu pada kurikulum Departemen Agama. Sedangkan untuk kelas takhasus menggunakan kurikulum sendiri.

    1. Pendidikan Luar Sekolah

    a. Pendidikan Pondok Pesantren

    Kegiatan pendidikan Pondok Pesantren di Pabelan terdiri dari; Taman Pendidikan Al Quran, kuliah shubuh setiap hari Jumat, pengajian Ahad malam dengan kitab Ihya Ulumuddin dan Hadits, pengajian Ramadan dan pesantren kilat setiap libur panjang.

    Dalam Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyyah, materi yang diberikan dalam pengajian kitab kuning meliputi : Tauhid, Fiqih, Tafsir, Hadits, Akhlaq, Nahwu, Sharaf dan Balaghah. Sedangkan kitab yang digunakan untuk masing-masing materi tersebut antara lain: Aqidatul Awam, Syu’abul Iman dan Ihya Ulumuddin (Tauhid), Safinatunnajah, Duror Fahiyah, Fiqihul Wadlih dan Bidayatul Mujtahid (Fiqih), Jalalain (Tafsir), Bulughul Maram dan Subulus Salam (Hadits). Akhlaq lil Baniin wal Banaat (Akhlaq). Jurumiyah dan Imriti (Nahwu), Amtsilatut Tashrifiyah (Sharaf) dan Ma’any (Balaghah).

    b. Kegiatan Ekstra Kurikuler

    sumber foto: pabelan.or.id

    Kegiatan ekstra kurikuler yang diselenggarakan di pondok ini terdiri dari dua macam; wajib dan pilihan. Kegiatan ekstra kurikuler wajib adalah pramuka, latihan pidato dalam tiga bahasa (Indonesia, Inggris, dan Arab), kursus bahasa Arab dan Inggris dan micro teaching untuk kelas III Madrasah Aliyah. Sedangkan kegiatan ekstra kurikuler pilihan meliputi: pengajian kitab kuning, laboratorium IPA, kesenian, olah raga, drum band, bela diri, jurnalistik, keterampilan dan perpustakaan.

    Ciri Khas Pontren

    Sistem pendidikan di Pondok Pesantren Pabelan menganut sistem pendidikan Pondok Modern Gontor sehingga memiliki ciri khas dalam penguasaan dua bahasa asing (Arab dan Inggris).

    Santri, Kiai dan Ustadz/Guru

    Jumlah santri yang menimba ilmu di Pondok Pesantren Pabelan sebanyak 529 orang. Tercatat pada tahun 2005/2006 ada 72 orang guru KMI , 8 orang guru pelatih kegiatan sore dan malam hari, 2 orang karyawan disamping ada 6 orang guru KMI merangkap sebagai tenaga administrasi dan 37 orang ustadz praktikan yang ditugaskan di berbagai unit kerja. Jumlah seluruhnya termasuk 3 orang pimpinan/kiai, dan tenaga tukang tetap ada 91 orang. Jabatan struktural dan fungsional diemban oleh para guru KMI, sehingga semesta himpunan yang paling mencakup adalah guru KMI.

    Guru KMI terdiri atas guru ‘senior dengan pengertian berkualifikasi standar dan atau sudah mengabdi selama lebih dari 5 tahun (47 orang) dan guru praktikan ‘junior’ atau pengabdian santri (25 orang).

    Sarana dan Prasarana

    Untuk menunjang kelancaran proses pembelajaran. Pondok Pesantren Pabelan memiliki sarana dan prasarana, 18 ruang belajar, satu ruang pimpinan, dua ruang guru/ ustadz, dua ruang TU, tiga perpustakaan, dua laboratorium, dua ruang pertemuan, empat lapangan olah raga, dua ruang ketrampilan. Disamping itu juga memiliki satu ruang koperasi, satu ruang kesehatan, 15 ruang asrama putra, 10 ruang asrama putri, lima rumah kiai dan dua rumah guru/ustadz

    Usaha Ekonomi

    Dana penyelenggaraan dan pengelolaan pondok pesantren, selain diperoleh dari sumbangan wali santri yang berupa iuran wajib atau sumbangan lainnya, pihak pondok juga menerima berbagai sumbangan dari para donatur, baik perorangan maupun lembaga, dan swasta maupun pemerintah. Di samping itu, pihak pondok pun menggali dana sendiri melalui usaha-usaha ekonomi seperti, Koperasi Pesantren MAKMUR (untuk warga pondok dan masyarakat), koperasi khusus untuk santri/ pelajar, koperasi guru, usaha penggemukar sapi, dapur pelajar, kredit usaha tani (KUT), dan usaha simpan pinjam (USP).

    Pengembangan Pontren

    Program pengembangan Pondok Pesantren Pabelan, meliputi : pengembangan bidang fisik, pengembangan bidang non fisik serta pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sekitar. Pengembangan bidang fisik, pihak pondok melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga pemerintah atau swasta untuk menyelanggarakan pelatihan yang hasilnya dapat langsung diaplikasikan dalam pengembangan fisik pondok. Misalnya, kerjasama dengan BLKI dan LP3ES dalam menyelenggarakan pelatihan pertukangan. Output dari pelatihan tersebut menghasilkan gedung perpustakaan. Kerjasama dengan Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Tengah dalam penyelenggaraan pelatihan pertukangan untuk guru-guru MTs, menghasilkan bangku, meja dan kursi. Pengembangan bidang non fisik yang telah dan sedang diselenggarakan meliputi:

    1. Mengembangkan partisipasi para alumni, masyarakat dan keluarga besar pondok pesantren.
    2. Memperluas jaringan komunikasi dan kerjasama dengan berbagai kalangan.
    3. Mengirimkan santri atau ustadz. untuk mengikuti pelatihan, seminar, lokakarya dan sebagainya.
    4. Memberikan bea siswa untuk santri atau ustadz
    5. Melaksanakan studi banding untuk pengembangan pondok pesantren,
    6. Menghadirkan pakar untuk memberikan bimbingan, ceramah atau penyuluhan
      Sedangkan untuk pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sekitar, dilaksanakan oleh Balai Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat (LSM Pondok). Kegiatan yang telah, sedang dan akan diselenggarakan adalah:
    7. Penyaluran kredit usaha tani (KUT).
    8. Menyelenggarakan berbagai pelatihan, seperti teknologi tepat guna, pertukangan, peternakan ayam, pemeliharaan cacing, kader kesehatan komunikasi dan pengembangan masyarakat.
    9. Pengadaan air bersih.
    10. Mendirikan Balai Kesehatan Santri dan

    Masyarakat (BKSM);

    1. Program penghijauan.
    2. Membina kelompok tani
    3. Merintis desa wisata.
    4. Melaksanakan program kemitraan dengan BKKBN (mendirikan Wartel).
    5. Kerjasama usaha produktif dengan Departemen Perdagangan.

    Prestasi

    1. The Aga Khan Award for Architecture
    sumber foto: akdn.org

    Penghargaan Aga Khan untuk Arsitektur atau Aga Khan Award for Architecture (AKAA) adalah penghargaan arsitektural yang digagas oleh Aga Khan IV pada tahun 1977. Ditujukan untuk menandai dan menghargai konsep arsitektural yang berhasil mewadahi keperluan dan aspirasi masyarakat yang Islami dalam jalur rancangan kontemporer, pemukiman, pengembangan dan peningkatan lingkungan, restorasi, konservasi area, termasuk juga arsitektur lansekap dan pengembangan lingkungan. Penghargaan ini diumumkan setiap tiga tahun sekali untuk beberapa proyek sekaligus dan memberikan penghargaan keuangan, dengan total hadiah sampai US$ 500.000. Di antara berbagai penghargaan arsitektural, penghargaan ini memperkenalkan proyek, tim perancang dan semua pihak yang terlibat selain bangunan dan masyarakat sekitarnya.

    Pondok Pesantren Pabelan mendapatkan peghargaan ini pada tahun 1980 yang diserahkan langsung oleh Presiden Pakistan Ziyaul Haq langsung kepada K.H Hamam Dja’far.

    2. Kalpataru

    Penghargaan ini diberikan oleh pemerintah RI karena keberhasilan Pondok Pabelan dalam menjaga dan melestraikan lingkungan hidup dan diserahkan oleh Menteri Lingkungan Hidup saat itu yaitu Prof. Emil Salim

    3. Manggala Karya Bhakti Husada Arutala

    Penghargaan Pelayanan Kesehatan, Pondok Pesantren Pabelan dinilai berhasil oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam bidang pelayanan kesehatan santri dan masyarakat. Penghargaan ini diserahkan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

    Source: Direktori Pesantren | pabelan.or.id

    Facebook Comments Box

    Latest articles

    Terbaru

    spot_img