More

    Sejarah dan Profil Pondok Pesantren Raudlatut Talibin Leteh Rembang

    Rembang adalah sebuah kota di pantai utara Jawa. Kota ini menjadi populer karena di sinilah emansipasi perempuan dimulai oleh RA Kartini. Namun, di samping terkenal sebagai cikal bakal gerakan emansipasi perempuan, sebenarnya kota ini sarat dengan nilal-nilai religius. Meski bukan menjadi satu-satunya barometer religiusitas, beberapa pondok pesantren yang tumbuh dan berkembang di sana menjadi isyarat bahwa kota ini pernah menjadi pusat pengembangan Islam.

    Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin atau juga dikenal dengan Pondok Leteh nisbat kepada kampung Leteh, merupakan salah satu pesantren yang ada di Rembang. Kegiatan mengaji di kampung Leteh, Rembang ini – tepatnya di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin – dimulai sekitar tahun 1950-an oleh KH. Bisri Mustofa, ketika beliau menginjak usia relatif muda, sekitar 30 tahun.

    Ponpes Raudlatut Talibin juga disebut sebagai kelanjutan dan pencabangan dari pesantren yang lebih tua di kampung Kasingan, tidak jauh dari Leteh, yang didirikan oleh KH.Cholil Harun. KH. Bisri Mustofa adalah salah satu menantu dari KH. Cholil Harun. Hingga pondok ini juga sering disebut dengan Pondok Kasingan.

    Foto KH Maimoen Zubair (Sarang, Rembang) dan KH Cholil Bisri (Leteh-Rembang).

    Pondok Pesantren Kasingan sendiri berdiri sekitar tahun 1920-an yang didirikan oleh KH. Cholil Harun. Pada Zamannya, Pondok Pesantren Kasingan merupakan salah satu dari tiga pesantren yang sangat disegani dan dipandang sebagai Ma’had Aly (perguruan tinggi pesantren) dengan spesialisasi pada ilmu alat, seperti Nahwu (sintaksis Arab), Sharaf (morfologi Arab), Balaghah (stilistika). Dua pesantren lainnya adalah Pesantren Tremas, Pacitan yang diasuh oleh KH. Dimyati dan Pesantren Tebuireng yang diasuh oleh Hadrotus Syaikh Hasyim Asy’ari.

    Pesantren Kasingan bubar akibat pendudukan Jepang pada tahun 1943. Sepeninggal KH. Cholil Harun, KH. Bisri Mustofa membangun surau (langgar) di Leteh di tanah waqaf dari ibu beliau. Karena ada beberapa santri yang ikut beliau, KH. Bisri Mustofa mulai mengajar santri-santri tersebut yang jumlahnya tidak lebih dari sepuluh orang. Seiring perjalanan waktu, pesantren KH. Bisri mengalami perkembangan. Pada tahun 80-an, jumlah santri yang tinggal di pesantren mencapai seribu santri.

    Pesantren Rembang diberi nama Raudlatuth Tholibin dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan nama Taman Pelajar Islam. Motto pesantren ini adalah ta’allama al-‘ilm wa ‘allamahu al-naas (kurang lebih berarti: mempelajari ilmu dan mengajarkannya pada masyarakat).

    Sebelum mendirikan Pondok Pesantren, Bisri “muda” telah melanglang Indonesia, mondok dari satu pesantren ke pesantren yang lain. Obsesinya untuk mendirikan Pondok Pesantren setelah memiliki bekal ilmu agama yang cukup, dimotivasi oleh sebuah keinginan luhur yakni memberdayakan masyarakat setempat melalui pendidikan agama. Semboyan hidup yang selalu tertanam di sanubarinya ialah li’lai kalimatillah

    KH. Bisri menikah dengan salah seorang putri pengasuh Pondok Pesantren Lasem Rembang. Dalam usia 63 tahun KH Bisri wafat, sehingga tongkat estafet kepemimpinan diturunkan kepada putra tertua, yakni KH. Cholil Bisri, dibantu KH Musthofa Bisri, seorang ulama sekaligus budayawan terkenal.

    Masyarakat dan Potensi Wilayah

    Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin berada di Desa Leteh, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, Propinsi Jawa Tengah Lokasi Pondok Pesantren berada di antara rumah-rumah penduduk dan dekat dengan pusat pemerintahan kabupaten Rembang.

    Jumlah penduduk Kecamatan Rembang tahun 2017 lalu mencapai 86.417,84 orang. Dengan tingkat pendidikan yang cukup beragam, keberadaan Pondok Pesantren di tengah kota ini menambah semarak kehidupan beragama masyarakat. Lantunan shalawat yang mendayu-dayu dan bergemanya kalimat-kalimat Allah, menjadi tanda bahwa kota ini sarat dengan nilai-nilai religius

    Potensi wilayah sekitar Pondok Pesantren yang bisa dikembangkan adalah sektor pertanian, perikanan, perdagangan dan pariwisata.

    Organisasi Kelembagaan

    Pengelolaan Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin pada awalnya menganut sistem manajemen “tradisional” dengan figur sentral seorang kyai. Pada masa kepemimpinan KH Cholil Bisri dan KH Musthofa Bisri, manajemen Pondok Pesantren mengalami perkembangan, yaitu dengan didirikannya Yayasan “al-Ibriz” yang artinya penjelas.

    Meskipun penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan ditangani oleh yayasan, namun keberadaan yayasan tersebut hanyalah sebuah organisasi pelaksana dari kepemimpinan kolektif.

    KH. Cholil Bisri dan KH Musthofa Bisri, dalam arti kyai tetap merupakan figur sentral dalam pengambilan keputusan.

    Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan kepengurusan Pondok Pesantren sehari-hari, terutama dalam mengasuh santri putri, pimpinan dibantu oleh para istri pimpinan pondok. Sementara untuk kegiatan penunjang santri, pengelolaannya diserahkan pada santri sendiri, mulai dari perencanaan sampai realisasi program. Pihak pimpinan hanya memberikan saran dan petunjuk setelah menerima laporan dari santri.

    Struktur organisasi Yayasan terdiri: dua orang penasehat, seorang ketua, seorang wakil ketua, seorang sekretans. seorang wakil sekretaris, seorang bendahara, dan beberapa anggota yang menangani bidang-bidang tertentu.

    Kegiatan Pendidikan

    1. Pendidikan sekolah

    Pendidikan sekolah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin adalah Raudlatui Atfal (RA), dan kurikulum yang dipergunakan mengacu pada kurikulum Departemen Agama. Sedangkan MTS menggunakan kurikulum Yayasan dengan mengacu pada kurikulum sebuah lembaga pendidikan di Mekah.

    Pendidikan kepesantrenan

    Kegiatan pendidikan kepesantrenan di Pondok Pesantren meliputi: Madrasah Diniyah (1’dad), Taman Pendidikan al-Quran (TPA/TPQ), kajian kitab salafi dengan metode sorogan dan bandongan. TPA/TPQ dengan materi Qiroati, dibuka untuk kalangan santri sendiri maupun masyarakat sekitar.

    Materi kajian kitab yang diwajibkan meliputi: fiqih, ushul fiqih, tauhid, nahwu, sharaf balaghah, akhlak/tasawuf, tafsir alQuran, hadis mustholah hadis, bahasa Arab, tajwid, qowaidu fiqih, ilmu tafsir, tarih Islam, tarikh tasyri’, mantiq, dan imla’.

    Kegiatan tasawuf diselenggarakan di pesantren. Tujuannya tidak untuk menjadi seorang sufi, karena sifatnya hanya pengenalan. Dengan metode tadabbur alam, diharapkan santri dapat menghayati, meresapi dan memahami hikmah di balik peristiwa-peristiwa alam. Dalam kegiatan ini diselingi dengan pembacaan syair muntarija, kumpulan syair Islam dan hadis berbahasa Arab.

    Sedangkan kitab yang digunakan untuk masing-masing materi adalah: Fathul Qarib , Fathul Mu’in, Mabadi (fiqih); Lathoiful Isyroh, Alluma’ (ushul fiqih); Kifayatul Awam, Husnul Hamidiyah (tauhid); Jurumyah, Imriti, Alfyah (nahwu); Amtsilatut Tashrifyah (sharaf), Jawahirul Balaghah (balaghah); Bidayatui Hidayah (akhlak tasawuf); Tafsir Jalalain (tafsir al-Quran); Bulughul Marom (hadis), /^ughotui Arabyah (bahasa Arab); Tuhfatul Athfal, Mustholahut Tajwid (tajwid); Faroidul Bahryah (gowaidul fiqih); al-Isir, dan Khulashat Nuril Yaqin.

    3. Kegiatan ekstrakurikuler

    Kegiatan ekstrakurikuler yang diseleng- garakan di Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin meliputi: kompu- ter, menjahit, pertukangan, olahraga dan pengelasan. Kegiatan penunjang utama santri, khususnya santri putra, adalah sepak bola de- ngan peserta siapa saja yang berminat. PONDOK PESANTREN ini mempunyai tim kesebelasan yang permanen dan sering bermain bersama dengan kese- belasan lain di Rembang. Tim kesebelasan PONDOK PESANTREN bekerjasama dengan persatuan sepak bola Krida Daerah Kabupaten Rembang tersedia berbagai fasilitas olah bulu tangkis dan tenis meja.

    Ciri khas

    Sistem pendidikan di Pondok Pesantren ini menganut sistem pendidikan salafi. Sedangkan yang menjadi kajian utama adalah nahwu dan sharaf. Dijadikannya materi nahwu dan sharaf sebagai kajian utama dimaksudkan untuk memberi pengetahuan secara mendalam kepada santri tentang metode mengkaji kitab.

    Santri, Kyai dan Ustadz/Guru

    Berdasarkan angka tahun 2000-an, jumlah santri yang mendalami ilmu agama di Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin sebanyak 2.507 orang yang terdiri atas 1.317 santri putra dan 1.190 santri putri. Mereka terbagi menjadi 507 santri mukim dan 2.000 santri tidak mukim. Khusus santri mukim, yang berasal dari Kabupaten Rembang adalah 317 santri dan sebanyak tasawuf 190 santri berasal dari di luar Kab. Rembang. Para santri tersebut diasuh oleh dua kyai, dua nyai, lima badal (tiga laki-laki dan dua perempuan), 60 ustadz/guru (35 laki-laki dan 25 perempuan).

    Sarana Prasarana

    Untuk menunjang berbahasa kelancaran proses pen. di Pondok Pesantren ini didikan, Pondok Pesantren Raudlatut sistem Tholibin memiliki sarana salafi. dan prasarana yang yang menjadi terdiri dari: lima ruang adalah nahwu belajar/ mengaji, dua sharaf. ruang pimpinan pondok. madrasah, satu ruang ustadz/guru, dua Satu ruang pimpinan ruang administrasi, satu ruang perpustakaan, tujuh ruang pertemuan, tiga lapangan olahraga, tiga unit peralatan olahraga empat masjid, satu ruang BP3, 45 asrama putra 26 asrama putri, dua unit rumah pengasuh, 22 unit kamar mandi/WC, delapan unit komputer satu unit mesin jahit, dan beberapa peralatan pertukangan.

    Dari delapan komputer yang ada, lima diantaranya berasal dari mantan Menteri Agama KH. Tholhah Hasan tahun 2000.

    Usaha Ekonomi

    Dana penyelenggaraan dan pengelolaan Pondok Pesantren selain berasal dari iuran santri, dari sumbangan para donatur baik pemerintah maupun swasta, perorangan maupun lembaga dan juga dari alumni. Di samping itu, pondok juga menggali dana sendiri melalui usaha ekonomi dengan mendirikan koperasi yang sudah mempunyai badan hukum dan NPWP.

    Bentuk usaha koperasi meliputi usaha penyediaan kebutuhan sehari-hari dan pelayanan jasa telepon. Usaha koperasi tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan santri dan masyarakat sekitar. Modal koperasi berasal dari iuran pokok dan iuran wajib santri

    Program Pengembangan

    Program pengembangan Pondok Pesantren Raudhatut Thalibin Tholibin meliputi pengembangan fisik dan nonfisik. Dalam pengembangan fisik, pihak Pondok Pesantren telah mengusahakan perbaikan dan penambahan kamar mandi/ WC, asrama, ruang belajar, dan sebagainya. Di samping itu, pihak pondok juga menyelenggarakan pelatihan pertukangan yang hasilnya dapat langsung diaplikasikan dalam pembangunan fisik pondok.

    Pengembangan nonfisik (pengemmanusia), meliputi: mengembangkan keluarga besar Pondok Pesantren; memperluas jaringan partisipasi para alumni, masyarakat dan komunikasi dan bekerjasama dengan berbagai kalangan; bekerjasama dengan Departemen Agama Kabupaten Rembang dalam program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS); sedangkan untuk kaderisasi, pimpinan pondok telah mengirimkan salah seorang putra pengasuh untuk menimba ilmu di Mekah.

    Alamat

    Jl. KH Bisri Mustofa, Desa Leteh, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang

    Source:

    Direktori Pesantren | Laduni | Photos Credit : Pondok Leteh

    Facebook Comments Box

    Latest articles

    Terbaru

    spot_img